Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Akhirnya Kutemukan Cintaku (5)

Episode Kelima (terakhir)
*****
Cerita selanjutnya dilanjutkan dengan acara keluarga pada hari Rabu, 14 Desember 2011 di Waduk Gajah Mungkur-Wonogiri. Di tempat itu, kami berdiskusi tentang rencana acara walimahan nanti; bagaimana baiknya?. Jangan berpikiran yang tidak-tidak loh ya?? (tapi jangan juga berpikiran yang he’eh he’eh; lah, piye toh??); yang dateng dalam acara itu adalah abi-umi dan adik-adiknya calonku. Hasil pertemuan itu, kami ternyata berpikiran sama; umi dan abi ingin acara walimahan berjalan dengan sederhana; tidak ada padi-padian untuk memajang calon mempelai, tidak ada acara berhias-hiasan, dan segala hal yang tidak terlalu dibutuhkan, apalagi acara-acara jahiliyah yang bikin ribeut bangeut itu. Yang penting, acara sesuai syar’i. Ya, hanya memperbincang konsep acara walimahan, dan siapa kira-kira penyampai khutbah walimatul urs-nya. Setelah selesai, kami shalat Zhuhur berjamaah bersama dengan abi sebagai imamnya. Sebelum pulang, aku diberi udang cinta dari umi tersayang. Makasih yah mi…., atas udang cintanya. ^_^
Setelah selesai acara itu, aku baru tahu bahwa maksud sebenarnya dari pertemuan itu adalah umi ingin sekali melihat calon menantu yang berani banget ingin ngambil putrinya. Umi berkirim sms, “mas ikhwan, gpp khan abi+umi ketemu tadi? Habis umi penasaran mo melepas gadisnya koq belum tahu yang mana orangnya –calon menantunya maksudnya-. Tapi sekarang dah tahu rasanya dah plong.” ^_^
Acara selanjutnya adalah silaturahmi keluarga Demak ke rumah mertua pada hari Selasa, 27 Desember 2011. Silaturahmi yang berjalan dengan penuh kekeluargaan dan kehangatan. Kemudian  dilanjutkan dengan acara walimahan pada 29 Januari 2012 pada pukul 10.00 WIB di Tulakan, 02/07 Godog Polokarto Sukoharjo. Tepatnya, di samping pondok tahfizhul qur’an Ulul Albab putri. Doa, “Bârakallâhu laka wa bâraka alaika wa jama’a bainakumâ fî khair” terlantunkan dari seribuan tetamu undangan untuk kami berdua. Semoga kami menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Amin.
 ****
Cuplikan-cuplikan kisah-diskusi singkat :
  1. Sore itu, ketika sedang berbincang dengan beberapa teman, ada yang bertanya,“Kenapa ya, terkadang ada ikhwan-akhwat yang sebelumnya tidak pernah kenal sama sekali tapi pernikahannya langgeng hingga usia senja sementara orang-orang luar, banyak yang rusak kehidupan rumah tangganya, padahal mereka sudah ber-pacaran selama bertahun-tahun lamanya??” lalu aku yang tiba-tiba menjadi konsultan keluarga pada sore itu menjawab sekenanya, “Awalnya dari niat. Antum tahu, seorang ikhwan sudah melalui malam-malamnya dengan keadaan menangis-nangis dalam sujud panjangnya. Harapannya, Allah mempertemukannya dengan pendamping hidupnya, sekalipun dia sama sekali tidak pernah mengenal, bahkan nama pun tidak tahu. Maka, sebagaimana yang aku dapet dari cerita temen-temen, akhwat yang dikhitbah oleh beberapa teman saya juga nangis. Mereka terharu, menangis bahagia dari balik ruang tamunya, karena Allah sudah mengijabahi penantian lama dalam sujud-sujud panjangnya. Allah telah mengijabahi doanya dengan menghadirkan pangeran yang ingin menjemputnya. Oleh karenanya, mereka akan saling menghargai-menyayangi-menerima kelebihan-kekurangan pasangannya. Itu semua ditentukan oleh niat awal. Seberapapun beratnya perjalanan hidup berumah tangga, mereka akan melaluinya dengan kesabaran; karena mereka yakin bahwa itu adalah bagian dari ibadah. Awalnya dari niat. Niat untuk melaksanakan perintah Allah dan meneladani Rasulullah. Tentu, ini berbeda dengan orang yang pacaran. Niat mereka rusak…., sehingga tidak ada kebarakahan. Jadi, tidak heran kalau rumahtangganya berantakan, tidak lama setelah pernikahan. Karena sama sekali, kehidupan rumah tangganya tidak dibarakahi ” setelah itu, aku menambahi kekataku, “saya sangat ingin sekali dipertemukan oleh Allah dengan calon pendamping hidup saya dalam keadaan saya sama sekali tidak mengenal dia, dan dia tidak mengenal saya. Biarlah kami pacaran setelah acara walimahan nantinya.” dan akhirnya, kekata tambahan itu betul-betul menjadi kenyataan; Allah ternyata mengijabahi kekataku itu. Allah mempertemukanku dengan wanita shalihah dengan cara-Nya yang begitu indah….,; dia tidak mengenalku, dan aku tidak mengenalnya, biarlah kami pacaran setelah acara walimahan….. ^_^  
  2.   Ada teman yang bilang begini, “Saya mencari orang jauh, tidak syar’I, tidak dapet. Pak ikhwan mencari orang deket, syar’I malah dapet.” Ha ha.., mendengarnya aku tersenyum sendiri. Istri, menurutku, sama dengan rizki. Jadi inget kekata Ka’ab al Ahbar yang diabadikan oleh Ibnul Jauzi dalam kitab monumentalnya, Shifatus Shafwah (IV/203),“Tidaklah ada pencuri yang mencuri kecuali barang curiannya terhitung sebagai bagian dari rizkinya.”. maknanya, mencari istri sama dengan mencari rizki; mau dicari dengan cara syar’I atau tidak syar’I, dapetnya ya sesuai dengan apa yang sudah Allah tentukan. Bedanya, yang syar’I akan dibarakahi, yang tidak syar’I tidak akan pernah dibarakahi. Hasilnya tentu berbeda, yang pertama akan mendatangkan sakinah-mawaddah-wa rahmah, sementara yang kedua tidak akan mendapatkan sakinah-mawaddah wa rahmah.Yang pertama diberi oleh Allah dengan penuh kelembutan dan cinta, sementara kedua diberi oleh Allah –kalau memang diberi dan berjodoh-  dengan melemparkannya ke muka. Bisa saja yang diberikan sama, tapi rasa dan dampaknya berbeda. Dan bisa saja yang diberikan pada kita berbeda dari apa yang diharap hati, tapi rasanya jauh melampaui. Di situlah makna barakah bisa kita hayati. Maka, pilihannya bergantung kepada kita, “Mau pernikahan yang dibarakahi atau tidak sama sekali?”
  3. Sore-sore, ada teman –dulu adik kelasku di ma’had—yang menantangku; hadiah apa yang akan diberikan kepada kami; kalau aku nikah duluan, atau dia nikah duluan?, “Pak, kamu mau memberi apa kalau saya nikah duluan?” aku bingung ditanya seperti itu; bukannya tidak berani menjawab tantangannya, tetapi karena aku yakin dia pasti kalah. Pasalnya, pada saat itu, biodataku sudah diterima dan dijawab oleh cintaku, sementara dia sama sekali belum proses apa-apa. Sebelumnya dia sudah ditawarin tapi tidak cocok katanya. Aku jawab aja, “Aku kasih 2 buku ensiklopedi hikmah. Buku itu, untuk saat ini, adalah harta paling berharga yang aku punya.” Setelah menjawab itu, akhi Abdul Halim, –yang sebelumnya menyerahkan biodata dari cintaku pada hari itu juga-, juga menjawab,“Nanti kalau walimahannya ikhwan lebih duluan, saya hanya berucap al-hamdulillah, tetapi kalau nanti walimahanmu lebih dulu dari ikhwan, hp-ku juga tak kasihkan ke kamu.”Lanjutnya lagi, “Sekarang gantian, kalau ikhwan walimahan duluan, kamu mau ngasih apa ke dia?” pertanyaan ini dijawab, “Aku akan beri madu putihku.” Ha ha…, mendengar jawabannya, kami langsung tertawa bersama; geli mendengarnya. Secara, harga madu sebotol putih-nya tidak sebanding dengan harga satu buku ensiklopedi hikmah-ku soalnya. Padahal, kalau dia menjawab belakangan, seharusnya dia memberikan sesuatu yang harganya lebih dari dua buku ensiklopedi hikmah-ku. Bukankah itu lebih adil?? Ah, ndak papa, yang penting dapet madu putih gratis…, asyik-asyik-asyik! walimahan yang mendatangkan kebarakahan. ^_^
  4. Umi, setelah pertemuan di Waduk Gajah-Mungkur itu, berkirim sms ke hape-ku pada hari Kamis, 15 Desember 2011 pukul 16:21 ; beliau masih terheran-heran seolah tak percaya dengan kami yang sama-sama suka, “Umi heran, mas ikhwan+i**, padahal gak kenal sebelumnya, juga gak tau mausulnya darimana? Koq bisa-bisanya saling percaya, n pada mau. Ini yang umi herankan.” Pertanyaan di atas mungkin juga dirasakan oleh pembaca, maka jawabku, “Kesimpulan saya, yang menggerakkan hati kami itu Allah mi…, dalam istikharah, doa ana, “In kânat bintu shaimin…..” karena tahu nama aja nggak. Ajaib kan?”  yang menggerakkan aku untuk berdoa seperti itu adalah Allah, yang menggerakkan aku untuk menyerahkan biodataku terlebih dahulu adalah Allah, yang menggerakkan dia untuk membalas cintaku adalah Allah…., padahal dia tahu kekurangan-kekuranganku yang buanyaknyeee…, tetapi aneh…, sejak awal memegang biodataku, dia langsung nerima; serasa cocok, bahkan, menurut cerita umi loh ya, dianya malah senyam-senyum sendiri padahal sebelum-sebelumnya dia selalu nolak biodata ikhwan-ikhwan yang menanti jawabannya…., dibilangin sama umi, “In, dia itu begini-begini loh” sambil menjelaskan beberapa kekurangan yang kutulis di biodataku, tetapi teutep saja dijawab dengan senyuman manisnyah.  Please, cinta…, apa sih yang membuat hatimu jatuh cinta pada pangeranmu yang biasa ajah dan sama sekali tidak istimewa inih??  ^_^ cinta, ketidaksempurnaanmu adalah menerima aku sebagai pangeranmu, dengan apa adanya aku.
Cinta…., jadilah kupu-kupu tercantik, di hatiku, selamanya…., dan perkenankanlah aku tuk menjadikanmu sebagai permasuri dan bidadariku, di dunia dan akhirat nanti, insyaAllah…..,
*apa yang membuatku tidak bisa menolak tawaran itu semenjak pertama kalinya? Tidak lain karena aku diberitahu bahwa dia hafizhah –alias hafal al Qur’an- dan cadaran, terlebih lagi ketika aku tahu bahwa dia tidak aktif Fb-an [kutahu ini ketika tanya-tanya waktu nazhar]…, jujur, kelebihan-kelebihan itu adalah kriteria-kriteria yang hanya ada dalam hayalanku karena aku sendiri saja tidak hafal al Qur’an, dan masih FB-an. Yah, kriteria-kriteria hayalan yang Allah wujudkan dalam kenyataan. Inilah yang semenjak awal ditawarkan, aku sama sekali tidak memiliki alasan untuk mengatakan tidak, sekalipun aku harus tetap meminta pilihan terbaik-Nya melalui shalat istikharahku, dan akhirnya berjalan sebagaimana kisah di atas. Disamping itu, dia memiliki semua kriteria yang tersebut dalam sabda Nabi, “Kecantikan, nasab, harta dan dien” lalu untuk dan atas dasar apa aku menolak??*
Ketika aku membuka kembali “Peta Kehidupan” yang pernah kutulis pada 2009 lalu, terkadang aku tersenyum sendiri; ternyata Allah mengabulkan pintaku sesuai dengan apa yang aku tulis. Apa itu? Aku menulis dalam “Peta Kehidupan”-ku bahwa aku menikah pada 2012. Ah, pantas saja Allah tidak menjawab keinginan menikahku pada 2011 lalu.Subhanallah yah….,
Tentang hal ini, aku pernah berkirim sms ke umi, “mi, dalam peta kehidupanku, aku menulis menikah pada tahun 2012, pantas saja Allah mempertemukanku dengan dek In* pada akhir tahun 2011.” kemudian sms itu berbalas, “dari beberapa ikhwan yang masuk, abi-umi-in* tidak ada yang cocok, eh…., ada bujang kenduren ternyata.” ^_^
 Semoga bermanfaat.
Akhukum fillah, Ibnu Abdil Bari el ‘Afifi dan bintu Sha’imin.
 Wassalâmu’alaikum wa rahmatullâhi wa barakatuh