Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sayap Ayam Bikin Anak Perempuan Dibawa Terbang

Katanya, seorang gadis tidak boleh makan sayap ayam. Ayam bakar? Tidak boleh. Ayam panggang? Juga tidak boleh. Pokoknya dimasak gaya masakan dari negara spaghetti pun tetap sama, masih tidak diperbolehkan. Titik.

Larangan ini bukan karena sayap ayam itu tidak enak. Tapi lebih karena fungsi sayap itu sendiri. Yang namanya sayap dari dulu hingga sekarang memang dimanfaatkan untuk terbang. Burung terbang dengan sayapnya. Ayam juga sama, meski tidak terbang sejauh dan selihai burung. 

Sample ImageNah, bila ada seorang gadis yang masih nekat makan sayap ayam, maka menurut mitos katanya yang masih diyakini oleh sebagian masyarakat lawa Tengah dikhawatirkan nantinya si anak gadis akan dibawa pergi jauh oleh suaminya. Jauuuuhh sekali.

Kalau yang membawa lari itu orang yang tidak ada hubungan apa-apa dengan si gadis memang pantas dikhawatirkan. Lho, wong ini yang membawa pergi jauh itu suaminya sendiri yang telah sah menurut hukum kok masih saja dikhawatirkan. ltu kan namanya keterlaluan.

Tapi demikianlah yangterladi pada keluarga Bu Konem. Seorang ibu asal Semarang dengan lima anak perempuan ini benar-benar melarang anak gadisnya untuk makan sayap ayam. Sayap yang sudah dipegang anak gadisnya, itu pun langsung direbut. Dengan wajah bersungut-sungut, ia mengatakan, “Anak bandel, dibilangin orangtua masih tidak percaya.”

Sang gadis pun gigit jari. Tapi, apakah pantangan mitos yang tidak jadi dilanggar oleh sang gadis benar-benar bertuah? Ternyata tidak. Sang gadis yang sejak kecil tidak pernah makan sayap ayam itu pun tetap saja tidak bisa lepas dari suratan takdirnya.

Dua hari setelah menikah, ia langsung diboyong suaminya jauh ke ujung timur Indonesia. Suaminya yang berprofesi sebagai tentara di kesatuan Angkatan Darat ditugsakan ke lrian. Bu Konem tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya tetesan air mata mengiringi kepergian anak perempuannya. Piring-piring di dapur masih belum dibersihkan, tapi kini anaknya sudah harus terbang ke lrian. Entah kapan kembalinya.

Ketiga anak gadis Bu Konem yang lain pun bernasib sama. Ada yang dibawa suaminya ke Karawang, Kudus dan Jakarta. Tinggallah seorang gadis saja yang sekarang masih menetap di Semarang.

lni adalah bukti yang tidak terbantahkan. Bahwa apa yang berbau katanya hanyalah sebuah mitos semata yang tidak perlu dituruti atau bahkan ditakuti. Apalagi bila ditinjau dari sisi aqidah jelas sangat menyesatkan.

Kemana kaki melangkah. Di situ bumi Allah berada. Tidak ada alasan untuk takut tidak makan. Semua makhluk telah ditentukan jatahnya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Qs. ath-Thalaaq:2-3)

Rizki tidak akan lari ke mana kalau itu telah ditakdirkan untuk seseorang. Sebaliknya sekeras apapun orang mencari rizki kalau memang bukan bagiannya pasti saja ada alas an untuk mencabutnya kembali, meski telah berada dalam genggaman tangan.

Seharusnya orang tua mengerahkan segala daya dan upaya untuk menanam dan meningkatkan ketakwaan anak-anaknya. Selagi kesempatan masih ada. Selama masih bisa berjumpa. Bukan dengan melarangnya pergi jauh. Karena tidak menutup kemungikan dia akan menemukan kebahagiaan saat berjauhan dengan orangtuanya. Jadi hati-hati dengan segala mitos katanya.