Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sudah Siapkah Anda Menikah?


Dalam karir, mungkin anda telah mampu mewujudkan impian. Dalam hal jodoh, mungkin anda pun telah mendapat seorang wanita yang tulus mencintai. Bahkan, ternyata dia pun mengharap cinta yang tulus serta kemesraan yang abadi dari anda sebagaimana yang diharapkan. Bahkan, apa yang menjadi angan-angan dalam hidupnya, ingin segera terealisasi. Jika anda dan pasangan tidak menyadari dan melihat kembali realita yang ada pada diri masing-masing, niscaya pernikahan tidak akan dapat mewujudkan apa yang menjadi harapan, cita-cita dan impian bersama.

Barangkali anda punya obsesi dan harapan secara berlebihan tentang calon pendamping hidup. Mendapatkan seorang wanita yang cerdas, terampil, cantik, dan cekatan.

Ketika anda pulang dari bekerja, ia mampu menjadi pelepas lelah dan penghilang penatnya beban kerja. Lalu anda menerima berbagai persembahan cinta yang menggairahkan. Atau, terkadang seorang lelaki terlalu percaya dapat menemukan calon pasangan yang sabar, jujur, dan amanah, serta mau mendengar dan mengikuti segala perintah. Namun yang terjadi, setelah pernikahan, semua angan-angan, harapan, dan impian itu tidak kunjung ditemukan. Bahkan sebaliknya, justru kenyataan pahit yang didapatkan.

Kondisi ekstrim yang membuat perasaan anda gundah dan gelisah bisa saja muncul pasca pernikahan, sehingga perkawinan pun diliputi dengan penyesalan. Sehingga anda pun menjadi bimbang. Apakah rumah tangga diteruskan ? Atau terpaksa harus menempuh jalan perceraian, dengan harapan bisa menemukan impian dan harapan pada wanita lain.

Pada hakikatnya, dengan pernikahan semata, tiidak mungkin mengarahkan kita pada kebahagiaan. Karena ukuran kebahagiaan sangat ditentukan oleh masing-masing pasangan. Keberhasilan dan suksesnya mengendalikan bahtera berumah tangga, semuanya kembali kepada kesiapan anda dalam berkoordinasi degan pasangan, salin melengkapi, dan kesiagaan dalam menghadapi problematika rumah tangga seekstrim apapun!

Sesungguhnya, kesuksesan pernikahan anda juga sangat dipengaruhi oleh gambaran realistis terhadap konsekuensi pernikahan. Gambaran keberhasilan atau kegagalan, kebahagiaan, atau kepedihan pernikahan kedua orang tua yang anda alami sejak kecil, akan mampu memberi gambaran kuat tentang pernikahan.

Maka harapan atau ketakutan akan pernikahan pun terbangun. Jika anda berasal dari keluarga bahagia, maka motivasi positif akan tertanam kuat dalam benak anda. Namun, jika anda berasal dari produk pernikahan gagal/ broken home, maka sebaliknya anda jangan terlalu mengebu-gebu menikah. Ada terlabih dahulu harus merubah obsesi dan persepsi tentang pernikahan, lalu berusaha menimba pengalaman dari orang-orang yang sukses berumah tangga. Kemudian belajar dari mereka yang berhasil mengatasi problem hidup. Sehingga, anda pun akan optimis dan selalu berpikir positif pada setiap kasus yang akan dihadapi.

Jika menikah hanya untuk mendapatkan status, popularitas, kedudukan, atau meraih posisi penting di masyarakat, atau hanya karena fanatis daerah, atau hanya untuk memenuhi kebutuhan seksual semata, ini hanyalah merupakan sikap mandul yang menghasilkan kegagalan dan kekecewaan. Aspek seksual akan dapat mendorong terwujudnya cinta. Dan cinta itu sendiri tidak akan langgeng tanpa terpenuhinya kebutuhan biologis. Namun aspek seksual semata tidaklah dapat memuaskan kita dan menghantarkan kepada kebahagiaan yang sejati. Lebih tepatnya, pemunuhan kebutuhan seksual hanya merupakan pil penenang sesaat yang bisa membawa kepada kondisi yang lebih rileks bagi batin dan pikiran.

Terlepas dari aspek seksual, motivasi yang lebih utama untuk menikah adalah mencari kepuasan batin dan stabilitas mental. Karena kepuasan batin dan stabilitas mental menjadi generator utama dan sarana paling menonjol untuk mewujudkan semua harapan, bahkan sebagai pendorong utama melangkah ke jenjang pernikahan. Di samping itu, faktor ibadah juga merupakan niat dasar yang tidak boleh dilupakan.

Sesungguhnya, obsesi dan pandangan yang salah, serta landasan yang labil akan membuat pernikahan tidak bertahan lama. Karena sang suami tidak mungkin bias merubah istrinya menjadi sosok lain. Begitu pula istri, tidak akan bisa membuat suaminya menjadi orang lain.

Suami yang menggantungkan ketenangan dan kepercayaan dirinya pada istrinya, maka akan merasa lemah tatkala cinta sang istri memudar atau tatkala kepercayaannya kepada nya berkurang. Maka pada saat itu ia akan hancur atau berusaha mencari ketenangan dan kepercayaan dari sumber lain.

Begitu pula perempuan. Tidak boleh menikah dengan lelaki karena ingin memperbaiki watak, perilaku, dan tabiat lelaki. Karena bagaimanapun seseorang telah terbiasa dengan tabiat dan watak dasarnya. Bahkan keaslian jati dirinya tidak gampang hilang dan akan segera muncul ke permukaan kapan saja.

LANGKAH AWAL MENENTUKAN PILIHAN

Maka, bagi anda wahai calon suami. Sebelum melenggang pada pelaminan pernikahan, hendaknya memperhatikan beberapa nasehat berikut ini :

a). Jika anda menginginkan sesuatu, maka hendaklah anda shalat istikharah dan berdoa kepada Allah agar memilihkan apa yang terbaik bagi anda. Terdapat teladan dalam diri Rasulullah, bagaimana beliau beritikharah dan beliau telah menjelaskan hal itu kepada para sahabatnya. Istikaharah tidak hanya untuk menikah yang memang memiiki nilai kebaikan, bahan istikaharah bisa untuk semua perkara kebaikan, di antaranya ketika ingin memilih calon pasangan baik suami atau istri. Apa yang akan diperbuat dan klangkah apa yang akan ditempuh, maka sebaiknya minta kepastian melalui shalat istikharah.

b). Meminta pendapat dan pengarahan dari orang yang dikenal keilmuan dan amanahnya, karena Allah berfirman yang artinya :
“…dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah…(QS. Ali Imran: 159)

Meminta pendapat dan pengarahan kepada orang lain buanlah suatu aib atau menjatuhkan harga diri dan mertabat, bahkan akan terbuka jlan keluar dan perkara-perkara yang tidak diketahui. Dan ini adalah ciri khas para ulama. Dengan cara inilah mereka menjadi terkenal dengan pendapatnya.

Ahli hikmah berkata :

“Jika Allah menginginkan kebinasaan buat seorang hamba, Ia akan membinasakannya degan pendapatnya”,

“Memegang teguh musyawarah berarti kesuksesan”

“Jika anda meminta pendapat seseorang berarti anda telah ikut serta dalam otak mereka”

Hendaklah anda selalu menjadikan musyawarah dan istikharah sebagai bagian hidupmu agar rencanamu tercapai dengan izin Allah.

Imam Ibnu Taimiyah berkata: “Tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah dan tidak akan sia-sia orang yang beristikharah”. Dikatakan : “Tidak akan sia-sia orang yang beristikharah kepada penciptanya dan bermusyawarah dengan makhluk-Nya.”

c). Jangan melupakan aspek doa, karena doa merupakan sarana terbaik yang selalu harus berdampingan dengan istikharah dan musyawarah. Usahakan selalu mengulangi dalam berdoa, karena doa adalah ibadah yang paling agung. Ini berdasarkan sabda Rasulullah :
“Doa adalah ibadah”,
Adapun waktu yang baik untuk berdoa dan waktu mustajab dalam berdoa sangat banyak, di antaranya :
  • pertengahan malam bagian akhir dan waktu sahur,
  • akhir shalat-shalat fardhu,
  • di antara adzan dan iqamah,
  • ketika turun hujan,
  • akhir waktu ashar pada hari Jum’at sebelum terbenam matahari,
  • ketika sujud dalam shalat,
  • setelah tasyahud akhir,
  • bulan Ramadhan dan lailatul qadar.
Sumber