Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Nyata Walimah Hanya Dengan Modal 1,5 Juta


Tahun 2006 ana pernah ta'aruf dengan beberapa orang akhwat. Ketika ta'aruf dengan seorang akhwat sepengajian dari daerah Jakarta Utara bersuku Betawi - Ambon (jadi manise akhwatnya), ana katakan kepadanya: Terus terang ana punya modal untuk nikah sebesar 1,5 juta. Jika ukhti mau menerima jumlah sebesar itu untuk menikah, maka proses ini bersedia ana lanjuntukan, namun jika tidak, ana enggan untuk melanjuntukan proses ini. Ana mampu untuk merayakan walimahan dengan besar-besaran, tapi ana lebih mengutamakan masa depan rumah tangga kelak. Banyak orang yang lebih mengutamakan walimah daripada masa depannya, akhirnya setelah itu hutangnya menumpuk, minta-minta ke saudara-saudaranya dan hidupnya menumpang. Ana lebih memilih proses pernikahan yang sederhana, tapi terhindar dari hutang, meminta-minta dan menumpang hidup.

Alhamdulillah, si akhwat mau menerima kemauan ana. Tapi bagaimana dengan orangtua dan saudara-saudaranya? Belum tentu mereka mau menerimanya. Banyak pasangan ikhwan dan akhwat yang sudah siap menikah dengan mahar dan biaya yang murah, tapi terhalang oleh kemauan orangtua si akhwat ataupun si ikhwan yang banyak persyaratan. Sehingga sebagian dari mereka terpaksa putus di tengah jalan, atau minimalnya tetap berjalan namun terjadi kekecewaan di salah satu pihak.

Disini peran akhwat untuk mengambil tindakan, berusaha bersandiwara dan mencari jalan untuk membujuk, merayu dan mengambil hati orangtuanya agar mau memudahkan urusan pernikahan anaknya. Setelah si akhwat mengeluarkan semua jurus-jurusnya untuk membujuk dan merayu orangtuanya, Alhamdulillah orangtuanya bersedia untuk memudahkan proses pernikahan kami. Semua rencana kami dimudahkan Allah, sehingga kami bisa melanjuntukan proses ini.

Hingga tiba waktunya ana mendatangi orangtuanya untuk mengkhitbahnya. Di proses khitbah kami menentukan hari pernikahan kami yang sepakat akan dilaksanakan sepekan kemudian. Ana keluarkan modal nikah ana sebesar 1,5 juta. Yang 700 ribu untuk biaya KUA (pembuatan surat nikah), dan sisanya yang 800 ribu untuk acara walimahan. Acara walimah cukup mengundang kerabat-kerabat dekat saja. Untungnya teman-teman ana semuanya mau mengerti kenapa mereka tidak diundang. Mahar kami cukup dengan 2 stel hijab muslimah. 

Modal nikah sebesar 1,5 juta di masa itu sangat tidak berharga sekali, kecuali di mata orang-orang yang lemah. Disaat teman-teman ana menghabiskan dana puluhan juta untuk menikah, minimalnya 5 juta atau 10 juta, sehingga mereka bisa duduk di pelaminan yang berhiaskan bunga-bunga, mengundang banyak orang, dan beraneka macam makanan, adapun ana hanya bisa duduk di lantai bersanding dengan akhwat yang sudah menjadi istri, hidangan makanan yang sederhana, dan kado-kado pernikahan yang bisa dihitung dengan jari. Walaupun keadaan kami seperti itu, tidak ada perasaan malu pada kami. Yang kami harapkan hanya rumah tangga yang bahagia dan samara. 

Setelah proses pernikahan selesai, istri langsung ana bawa ke rumah ana di Bogor. Dan sekarang doi sudah jadi ibu dari 2 orang jagoan ana, si Fahd dan Fawwaz. Alhamdulillah. Beruntunglah ikhwan-ikhwan yang bisa mendapatkan istrinya dengan mudah dan murah maharnya. Pengalaman seperti itu bisa dijadikan pelajaran yang berharga untuk keturunannya kelak, dan juga motivasi untuk teman-temannya yang hendak menikah tapi kesulitan dalam masalah dana. Semoga saja tidak ada lagi orangtua-orangtua yang mempersulit anak-anaknya untuk menikah, yang bisa mengakibatkan anak-anaknya jatuh ke perbuatan zina atau pacaran, dan jadi perawan/perjaka tua nantinya.

Wallahul musta'an.

Abu Fahd NegaraTauhid